Kamis, 27 September 2007

Gaji Rendah Dorong Polisi Bertindak Kriminal

Kasus perampokan dan bunuh diri yang dilakukan seorang anggota polisi di Palembang pada Rabu (26/09/2007) siang, merupakan salah satu bukti kepolisian di Indonesia belum profesional. Gaji rendah ditengarai sebagai salah satu pemicunya.

"Itu bukti bahwa polisi di Indonesia belum profesional. Faktornya, pertama polisi memang belum disiplin. Kedua, secara ekonomi para polisi yang berpangkat rendah hidup tidak layak atau gajinya rendah dengan beban moral atau risiko yang tinggi. Ketiga, adanya kesenjangan antara polisi berpangkat rendah dengan para perwiranya, sehingga adanya kecemburuan sosial mengenai kondisi ekonomi, yang menyebabkan banyak polisi berpangkat rendah terlibat tindak kriminal," beber pengamat politik dan sosial dari Universitas Sriwijaya Alfitri, yang dihubungi melalui telepon Rabu (26/09/2007) malam.

Menurut Alfitri, bila kepolisian Indonesia tidak berbenah diri, termasuk meningkatkan kesejahteraan dan membenahi mental anggotanya, peristiwa seperti yang dilakukan Brigadir Satu Heriyansyah (28) akan terus terjadi. "Kalau tidak berubah, ya akan banyak kejadian seperti ini," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seusai merampok perusahaan penukaran uang (money changer) di Jalan Mayor Salim Batubara, Palembang, Brigadir Satu Heriyansah (28) yang bertugas di Unit Samapta Kepolisian Sektor Kota (Polsekta) Kemuning, bunuh diri.

Mayat Heriyansah terkapar di depan PT Sadita Indah Cipta, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penukaran uang (money changer) pecahan milik Doni Pisiantoro (32), di tengah kerumunan massa.

Polisi warga Jalan Bakaran, Kel Plaju Ilir, Kec Plaju, Palembang, itu dengan luka tembak tepat dibelakang telinga kanannya hingga tembus ke kening kiri. Tak jauh dari jenasah berhasil diketemukan sepucuk senjata api (senpi) laras pendek jenis colt yang merupakan senjata standar Polri berikut lima selongsong pelurunya.

"Dia (polisi) itu, merampok dengan menodongkan senjata ke arah Satpam kantor kami bernama Ariyanto, dan kasir kami yang bernama Sutriani, setelah itu dia merampas uang ratusan ribu diatas meja Direktur, senilai Rp 80 Juta," ujar Yohanes Hendri Kusuma salah seorang kasir di money changer tersebut, saat dirawat di RS Charitas, Palembang, akibat luka tembak dibahu kanannya.

Menurut Hendri, pelaku yang akhirnya diketahui anggota polisi tersebut awalnya masuk sendirian ke dalam ruang money changer tersebut. Dia masuk tanpa melepaskan helm serta masker penutup mulut dan hidung yang dikenakan saat itu. Dengan membawa sebuah ransel berwarna hitam dipunggungnya, pelaku masuk dan langsung menuju ke meja kasir yang saat itu dijaga Sutriani.

Sementara Sutriani, saat diperiksa di ruang riksa unit Pidana Umum (Pidum) Poltabes Palembang, Jakabaring, Palembang, mengatakan dirinya sempat bertanya kepada si polisi mau menukar uang pecahan berapa. Pertanyaan itu tidak dijawab, dan polisi itu langsung meraih pistol dari dalam ranselnya. Seketika dia menodong Ariyanto, satpam perusahaan yang berdiri tak jauh dari meja kasir.

"Kami berdua langsung diperintahkan dia (pelaku) untuk masuk ke ruang kasir, disana ada pak Doni, serta Yohanes. Melihat banyak uang pecahan Rp 100 ribu diatas meja Direktur, ia (pelaku) langsung meraup uang tersebut kedalam tas ransel yang dibawanya," terang Sutriani di hadapan petugas.

Setelah merampas uang tersebut, lanjut dia, pelaku yang saat melakukan aksinya mengenakan baju muslim berwarna biru muda serta celana jeans berwarna cokelat muda tersebut, mencoba melarikan diri. Namun Doni Pisiantoro, pemilik perusahaan warga Jln Sukorejo/ Setunggal, No. 40, RT 31/11, 8 Ilir, Ilir Timur (IT) II, sempat melemparkan vas bunga ke arah pelaku.

Merasa mendapat perlawanan, lanjut Sutriani, pelaku sempat melepaskan tembakan yang mengenai bahu kiri Yohanes meski tak telak, tak ayal Yohanes terpaksa dirawat di RS Charitas Palembang.

Sementara itu, salah seorang kasir lain Ratna yang luput dari ancaman todongan senpi pelaku, berhasil berlari keluar kantor money changer tersebut dan berteriak meminta pertolongan warga sekitar. Menurut dia, saat akan berlari menuju ke arah sepeda motor Yamaha Jupiter MX BG 7030 MT milik pelaku yang diparkir di luar halaman money changer, pelaku sempat panik melihat massa yang telah mengepung dan mengerumuninya.

"Saat itulah kami dengar suara tembakan dan kami ketahui ternyata dia (pelaku) telah tewas bersimbah darah, menurut warga sekitar yang melihat dia (pelaku) tewas dengan kepala ditembus peluru dari senjata apinya sendiri," urai Sutriani lebih lanjut.

Sementara itu Lukman, salah seorang juru parkir dikawasan tersebut yang turut bersama-sama warga sekitar mengerumuni pelaku saat mencoba kabur usai merampok mengatakan, saat kejadian ia mendengar suara letusan tembakan dari dalam money changer tersebut, dan mendengar teriakan minta tolong dari salah seorang karyawan money changer.

"Saat itulah aku mendekat dan melihat kerumunan warga yang juga mendekati dan mencoba menghakimi pelaku yang saat itu belum diketahui identitasnya sebagai anggota polisi," terang Lukman.

Saat pelaku dikerumuni dan sempat akan dihakimi massa inilah, ungkap Lukman, ia kembali mendengar letusan suara tembakan, dan melihat pelaku telah terkapar bersimbah darah dengan kondisi kepala ditembus peluru.

Source: http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/
detik.read/tahun/2007/bulan/09/tgl/27/time/013229/idnews/834862/idkanal/10

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda